Jumat, 15 Februari 2019

Gambaran Umum Desa Cemoro
Desa Cemoro terletak di Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung. Berbatasan langsung dengan Kecamatan Tretep di bagian utara, sedangkan dibagian barat berbatasan dengan Desa Wates, bagian timur berbatasan dengan Desa Tawang Sari dan dibagian selatan berbatasan dengan hutan perhutani.
Desa Cemoro memiliki luas lahan 487,5490 ha dikenal sebagai negeri diatas awan karena terletak di dataran tinggi  pada ketinggian 1400 mdpl dan memiliki suhu sekitar 22oC di siang hari dan 17oC pada malam hari. Desa Cemoro terdiri dari 5 dusun
1.      Dusun Dadapan
2.      Dusun Tempel
3.      Dusun Cemoro Barat
4.      Dusun Cemoro Timur
5.      Dusun Pongangan


Mata Pencaharian
Mata Pencaharian masyarakat Desa Cemoro mayoritas adalah sebagai petani, hal ini tidak mengherankan karena desa ini memiliki tanah yang luas dan subur sehingga masyarakatnya memanfaatkannya untuk bercocok tanam. Tembakau adalah tanaman yang menjadi andalan masyarakat, namun tidak hanya tembakau saja disini juga terdapat banyak tanaman sayur-sayuran seperti kubis, wortel, cabe, kentang hingga bawang-bawangan.
Negeri diatas awan
Memiliki ketinggian 1400 mdpl membuat desa ini memiliki banyak potensi alam, salah satunya yang dapat kita ketui adalah spot pemandangan lautan awan. Desa ini juga dikelilingi oleh perbukitan, salah satu yang terkenal adalah Bukit Sigandul. Bukit Sigandul merupakan salah satu obyek wisata yang ditawarkan di Desa Cemoro. Namun tidak perlu khawatir untuk mendapatkan spot pemandangan lautan awan tanpa mendaki dapat datang ke Dusun Pongangan. Pagi hari adalah waktu terbaik untuk mendapatan pemandangan lautan awan, ditemani dengan pemandangan matahari terbit akan membuat  suasana pagi hari di Desa Cemoro menjadi sangat cantik dengan pemandangan alam yang disajikan.
Multikulturalisme
Hal yang penulis dapatkan mengenai masyarakat Desa Cemoro adalah perihal multikulturalisme. Meskipun hanya lingkup desa, namun di Desa Cemoro menyimpan multikulturalisme kebudayaan yang beragam. Dalam segi kesenian, di setiap dusun di Desa Cemoro memiliki kesenian mereka masing-masing. Mulai dari kesenian lengger, jarang kepang, wayang orang, hingga kesenian tayub terdapat di desa ini. Selain dari aspek kesenian, desa ini juga memiliki multikulturalisme dalam aspek keagamaan. Masyarakat Desa Cemoro dapat hidup dalam kerukanan meskipun masyarakatnya memiliki agama yang berbeda-beda. Masyarakat yang beragama Islam, Kristen, Katholik  maupun Budha dapat hidup berdampingan dalam kerukunan bersama-sama menjalani kehidupan.
Bahasa
Masyarakat desa cemoro dalam kesehariannya menggunakan bahasa jawa dan memiliki logat khas tersendiri dalam bertutur kata. Karena berbatasan dengan kota Temanggung dan Wonosobo bahasa yang digunakan di desa ini merupakan gabungan atau percampuran dari bahasa dan logat Temanggung Wonosobo. Masyarakat di desa ini merupakan masyarakat yang ramah. Senyum sapa salam hal tersebut merupakan sebuah budaya turun menurun dan dijaga di desa ini. Karakteristik seperti ini sangat penting untuk dipertahankan dan agar anak cucu mereka tetap menjadi pribadi yang bersahaja ditengah modernisasi yang berusaha mengikis nilai-nilai luhur yang sudah diajarkan dalam bentuk budaya.

KESENIAN DI DESA CEMORO

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Jika mitos berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat. Kesenian yang ada di cemoro terdapat banyak macamnya, yaitu lengger, jaran kepang atau kuda lumping, kesenian gambusan, wayang kulit, wayang orang, ketoprak, rebana dan campursari. Semua kesenian itu masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat desa.

Mbok Rondo Dadapan
Cerita tentang Mbok Rondo Dadapan merupakan cerita rakyat yang dipercayai turun temurun oleh masyarakat, khususnya di Dusun Dadapan. Karena terdapat keterkaitan antara cerita ini dengan asal mula daerah ini. Dusun Dadapan dipercaya sebagai dusun tertua yang ada di desa Cemoro.
Dikisahkan Mbok Rondo Dadapan merupakan seorang wanita yang berasal dari Yogya, yang lahir dan wafat di hari yang sama yaitu Jumat Pon. Mbok Rondo Dadapan tinggal di dusun ini saat perang diponegoro berlangsung, menurut penuturan juru kunci makam Mbok Rondo Dadapan tinggal di dusun ini selama 350 tahun. Mbok Rondo Dadapan memiliki putri bernama Klenting Kuning. Mbok Rondo Dadapan tinggal di dusun Dadapan ditemani Eyang Kakung Surowijoyo. Eyang Kakung Surowijoyo merupakan pengikut perang diponegoro yang meyelamatkan diri ke gunung saat terjadinya perang.
Setiap bulan Suro di makam Mbok Rondo Dadapan terdapat kenduri, setiap KK membawa tumpeng dan ayam ingkung. Acara kenduri diisi dengan tahlilah, mendoakan leluhur yang sudah mendahului menghadap Tuhan Yang Maha Esa. Yang menghadiri satu dusun. Acara ini dimeriahkan dengan kesenian yang ditampilkan oleh masyarakat seperti kesenian Lengger dan kesenian Gambus. Acara ini juga dihadiri oleh keluarga Kraton.
Selapanan Jumat Pon, acaranya hampir sama namun dihadiri tamu-tamu dari kota-kota lain. Seperti Kendal bahkan orang Kalimantan juga mendatangi makam untuk ziarah. Peninggalan Mbok Rondo berupa sebuah Kitab yang berisikan tulisan Arab Gundul yang tidak boleh dibuka oleh sembarangan orang.


Sendang Situlung

Di desa Cemoro terdapat sebuah sendang yang bernama sendang Situlung di Cemoro Barat. Pada zaman dahulu sendang ini menjadi sumber mata air yang digunakan masyarakat dalam keseharian mereka. Seperti untuk memasak, mencuci, dan kebutuhan yang lain. Masyarakat menganggap sendang ini sudah menolong kehidupan mereka sehingga sendang ini dinamakan Sendang Situlung yang berasal dari kata “tulung” yang dalam bahasa Indonesia berarti menolong. Nama itu diambil karena masyarakat merasa tertolong dengan keberadaan sendang itu, dan untuk mengucapkan rasa terimakasih masyarakat membangun gazebo di sendang tersebut.
Ada mitos yang menyelimuti sendang situlung, yaitu keberadaan Nyai Dewi Sri Rantam Sari dipercayai sebagai Ibu dari Nyi Roro Kidul yang dipercaya sebagai penunggu Sendang Situlung.Hingga kini masyarakat yang mempunyai hajatan selalu mengambil air dari Sendang Situlung.


Pohon Cemara Tua
Pohon Cemara Tua terletak di dusun Cemoro Barat ini disebut sebagai ikon desa cemoro, dan beberapa narasumber mengatakan bahwa ohon cemoro ini juga merupakan cikal bakal desa cemoro. Pohon cemoro tua dipercaya oleh warga sudah berusia kurang lebih 500 tahun, bahkan sebelum desa cemoro ini terbentuk pohon cemoro tua sudah berdiri kokoh. Memang jika dilihat pohon cemoro ini memiliki ukuran yang sangat besar maka tidak diragukan jika pohon cemoro dipercaya berusia ratusan tahun. Menurut penuturan warga terdapat dua pohon cemara, sepasang cemoro yang satunya lagi ada di dusun cemoro timur. Cemoro Barat merupakan representasi perempuan sedangkan cemoro timur merupakan representasi laki-laki. Namun pohon yang terdapat di dusun cemoro timur sudah ditebang. Masyarakat percaya di dalam pohon cemoro tuo ini dihuni oleh danyang yang bernama Dewi Sri
Keunikan
Pohon Cemoro Tua yang ada di desa cemoro memiliki keunikan tersendiri dibanding pohon cemoro yang lain, yakni terdapat dua jenis daun di dalam satu pohon. Jika sedang beruntung maka dapat menjumpai tiga jenis daun yang berbeda dalam satu pohon. Bisa dibilang pohon cemara tua ini merupakan ikon desa cemoro.
Ya, pohon ini memiliki cukup banyak keunikan yang sangat jarang ditemui di pohon cemoro yang lainnya. Salah satu keunikan yang sangat terkenal yaitu dalam satu pohon cemoro tua ini memiliki dua jenis daun yang berbeda. Dan benar saja saat penulis mendatangi pohon cemoro tua ini tidak sulit untuk langsung menemukan perbedaan jenis daun yang ada. Ada rumor menyebutkan bahwa pohon cemoro ini kemungkinan berasal dari dua pohon yang berbeda kemudian menjadi satu pohon, namun anggapan itu dapat dibantahkan dengan sebuah penelitian dari salah satu mahasiswa bahwa berasal dari pohon yang sama.


SADRANAN DI DESA CEMORO

Sedekah desa adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. Upacara ini sangat populer di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Tradisi ini dilaksanakan pada hari "nahas tahun" atau pada awal bulan Muharam/Sura.
Manusia dapat melakukan sebuah tindakan sebagai wujud dari balas budi atau timbal balik yang positif pada lingkungan (alam) tempat manusia mencari penghidupan. Sebagaimana yang menjadi konsep budaya manusia yang terdiri dari gagasan, aktivitas, tindakan, dan juga wujud (sebagai benda) Manusia mengaktualisasikan rasa syukurnya melalui Sedekah Desa yang kemudian diwujudkan dalam bentuk tindakan atau aktivitas. Hal ini yang menjadi dasar masyarakat Desa Cemoro  mengaktualisasikan rasa syukurnya atas semua yang diberikan atau dikaruniakan Allah SWT melalui sebuah budaya sebagai cipta karya masyarakat sendiri, yaitu (Nyadran) yang kemudian diartikan sebagai sebuah aktualisasi masyarakat untuk melaksanakan sedekah bumi.
Di Desa Cemoro sedekah desa dilaksanakan ada Jumat Agung di bulan Suro, bisa jatuh pada Jumat Kliwon, Pon, atau Pahing. Prosesi acara nyadran di Desa Cemoro berlangsung dari pagi hingga semalam suntuk. Persiapan di pagi hari masyarakat membuat tumpeng agung yang berisi hasil hasil bumi Desa Cemoro, sebagian masyarakat lain membersihkan tempat pelaksanaa tradisi nyadran yaitu di Cemoro Tua. Kemdian dilanjutkan dengan acara menyembelih kambing sebagai wujud tasyakuran berterimaksih karena selama stau tahun diberi  keselamatan dan rezeki. Kemudian daging yang sudah disembelih dibagikan kepada warga masyarakat untuk dimasak.   Acara selanjutnya yaitu Kirab Masal sambil membawa tumpeng agung dan parade warga untuk ke cemoro tua. Setelah sampai disana semua warga berkumpul untuk menyaksikan kesenian yang ditampilkan. Setelah menjelang jumatan daging dibagikan kesemua warga untuk selamatan, lalu semua warga berebut dari hasil bumi yang berada di tumpeng agung.


Sejarah dan Asal Usul
Sebelum menjadi desa seperti sekarang ini, dahulunya Desa Cemoro merupakan hutan belantara, siapa yang membuka kawasan desa ini menjadi daerah yang ditinggali secara pasti tidak ada yang mengetahui. Dikarenakan tidak ada tulisan secara pasti yang menuliskan bagaimana Desa Cemoro bermula, namun terdapat cerita-cerita yang dipercaya secara turun menurun oleh masyakarat dan berkembang menjadi beberapa versi. Cerita-cerita ini menjadi foklkore yang makin memperkacaya kebudayaan desa dalam bentuk cerita rakyat.
Terdapat beberapa versi mengenai sejarah Desa Cemoro, salah satunya mengenai hubungannya dengan keberadaan pohon cemoro yang dipercaya sudah ada selama kurang lebih 500 tahun. Salah satu versi cerita yang dipercayai oleh masyarakat yaitu cerita tentang Eyang Tanu. Eyang Tanu dipercaya sebagai prajurit yang berasal dari Yogja yang melarikan diri ke desa ini saat perang diponegoro. Eyang Tanu yang bernama lengkap Cokro Tanu Wiyoto merupakan prajurit dari Yogja keturunan Cirebon yang gemar bertani. Masyarakat meyakini dengan bertani akan memiliki hidup yang tentram, maka budaya bertani sudah diwariskan secara turun menurun dari gnerasi ke generasi
Terdapat versi lain yang menceritakan tentang Eyang Wanoroseto yang mengawali sejarah Desa Cemoro. Eyang Wanoroseto merupakan seseorang yang beragama Islam namun menganut kepercayaan kejawen. Kejawen merupakan sebuah kepercayaan yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa. Kejawen hakikatnya adalah suatu filsafat di mana keberadaanya ada sejak orang Jawa itu ada.

Gambaran Umum Desa Cemoro Desa Cemoro terletak di Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung. Berbatasan langsung dengan Kecamatan Tretep di...